TUGAS MAKALAH
DASAR-DASAR KOMPUTER
(SENI TEATER MAMANDA)
Dosen Pembimbing :
Noorliani, S.Pdi
Disusun Oleh :
Isriani (3061135058)
![]() |
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANJARMASIN
PENDIDIKAN SENI TARI
2013
KATA
PENGANTAR
|
P
|
uji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul Seni
Teater Mamanda ini selesai kami susun. Kelangkaan ketersediaan buku di
lapangan yang mengupas seluk beluk seni teater mamanda membuat kami sangat
bersemangat dalam mengerjakan penulisan makalah ini. Terlebih pada kepentingan
pengembangan dan peningkatan pendidikan seni di sekolah-sekolah.
Penerapan
proses pembelajaran kemudian menjadi satu hal yang wajib dipertimbangkan. Oleh
karena itulah, makalah ini dimulai dengan membahas seni teater secara umum.
Pengetahuan umum tentang apa sesungguhnya teater menjadi sangat penting karena
problematika pemahaman antara drama dan teater masih rancu. Drama yang sedari
dulu telah diajarkan sebagai karya sastra masih meninggalkan jejak yang kuat
sehingga model pembelajaran seni teater di sekolah masih bersifat analitik.
Ketergantungan kelas pada ketersediaan naskah drama menjadi beban tersendiri.
Akhirnya, proses pembelajaran hanya sekedar mempraktekkan naskah drama
tersebut. Sesungguhnya seni teater dapat berbicara lebih luas daripada drama. Penggunaan
kata “teater” dengan sendirinya telah mengarahkan kelas pada praktek
pementasan.
Segala
hal yang menyangkut dan dibutuhkan dalam pementasan dibicarakan, termasuk di
dalamnya adalah drama. Dengan demikian, kami sangat berharap bahwa makalah ini
akan memberikan pencerahan bagi keberlangsungan kelas teater di sekolah-sekolah,
sehingga pada nantinya dapat melahirkan karya-karya teater yang monumental,
yang patut dikenang, dan memberikan kebanggaan tersendiri.
Makalah ini berisi tentang penjelasan seni teater mamanda. Dengan
bahasa yang singkat, padat, dan mudah dimengerti didasarkan pada sumber-sumber
yang relevan. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang
menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan pengertian seni teater mamanda. Penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari makalah kami. Makalah ini
juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi
bahan dalam penyusunan.
Akhir
kata, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Demi penyempurnaan makalah
ini pada masa mendatang kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap
pembaca, baik sebagai bahan pengetahuan ataupun referensi untuk menentukan
langkah berikutnya.
Banjarmasin,
13 Mei 2013
Isriani
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR
ISI .................................................................................................. 4
BAB
I PENDAHULUAN ......................................................................... 5
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................ 6
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................... 7
A. Pengertian Mamanda ........................................................................ 7
B.
Sejarah Mamanda ............................................................................. 8
C.
Sumber Cerita Mamanda ................................................................... 9
D.
Ciri Khas Mamanda ........................................................................... 9
E.
Mamanda sebuah Model Interaksi Sosial ........................................ 12
F.
Mamanda di Belantika Teater Kalimantan Selatan .......................... 12
BAB
III PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
|
K
|
esenian
mamanda sudah lama berkembang di Kalsel terutama dipedesaan. Alur ceritanya
gampang disesuaikan dengan keadaan sehingga cocok untuk ditampilkan dalam
berbagai perayaan seperti pesta perkawinan, panen, maupun hari-hari besar
lainnya. Pada masa kerajaan Banjar, kesenian mamanda sangat populer.
Mamanda adalah seni teater atau pementasan
tradisional masyarakat Banjar. Dibanding dengan seni pementasan yang lain,
mamanda lebih mirif dengan lenong (kesenian Betawi), dan Ludruk atau Ketoprak
(pada masyarakat Jawa), karena adanya kontak komunikasi yang terjalin antara
pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang dapat membuat suasana menjadi lebih
hidup.
Istilah mamanda digunakan karena didalam lakonnya,
para pemain seperti wazir, menteri, dan mangkubumi dipanggil dengan sebutan
pamanda atau mamanda oleh sang raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari
kata mama (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan nda yang
berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu sapaan
kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
B.
Rumusan
Masalah
Agar penyusunan makalah ini lebih terfokus, maka
perlu kiranya ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian mamanda ?
2. Bagaimana
sejarah mamanda ?
3. Dari
mana sumber cerita mamanda ?
4. Apa
ciri khas mamanda ?
5. Bagaimana
model interaksi sosial teater mamanda ?
6. Bagaimana
peran mamanda di belantika teater Kalimantan Selatan ?
C.
Tujuan
Dengan
mengetahui tentang perkembangan kesenian teater mamanda dapat menjadi bekal
kita untuk mengenal dan mengetahui kesenian teater mamanda secara baik. Sehingga dapat menjadi
pengetahuan bagi kita semua dalam menjadi seorang mahasiswa dan calon pendidik
yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mamanda
|
T
|
eater adalah susunan
bentuk “Seni” yang menggunakan lakon sebagai wujud ekspreisnya. Dalam khazanah
seni tradisional di Indoneisa diketahui, bentuk teater tradisi merupakan
kombinasi dari bentuk seni seperti tari, musik tetabuhan, lagu (nyanyian), dan
lakon. Bentuk-bentuk teater seperti ini banyak ditemui diberbagai wilayah
Indonesia :
|
No
|
Bentuk Teater
|
Asal Daerah
|
|
1.
|
Mahyong
|
Pontianak
|
|
2.
|
Randai
|
Sumatera Barat
|
|
3.
|
Komedi
Bangsawan
|
Sumatera Barat
|
|
4.
|
Mendu
|
Riau
|
|
5.
|
Ketoprak
|
Jawa
|
|
6.
|
Srimulat
|
Jawa
|
|
7.
|
Lenong
|
Betawi
|
|
8.
|
Mamanda
|
Kalimantan Selatan
|
|
9.
|
Peta Puang
|
Sulawesi Selatan
|
Istilah
mamanda pada teater mamanda di Kalimantan Selatan ditengarai berasal dari kata
Paman. Kata ini merupakan kata sapaan dalam sistem kekekrabatan masyarakat
Banjar, yang merujuk pada pengertian saudara laki-laki dari Ayah atau Ibu.
Sapaan ini berlaku juga untuk orang yang dianggap sesuai dengan atau debaya
dengan Ayah atau Orang Tua. Kata ini direkatkan dengan Morfen Nda sebagai
sebuah sugesti kekerabatan atau keakraban dengan orang yang disapa dengan
sapaan ini.
Dari proses itu terbentuklah kata Pamanda, Mamanda,
Ayahnda yang mengisyaratkan keakraban dengan kata sapaan dasar yang dirujuknya.
Pamanda menjadi sapaan khas yang biasanya dipergunakan oleh Sultan ketika
berdialog dengan Mangkubumi atau Kepala Wazir. Wazir dan Mangkubumi adalah
bagian pemimpin kerajaan yang selalu hadir pada setiap sidang kerajaan. Sistem
pemerintahan yang senantiasa menjadi idealisasi dalam gamabaran cerita mamanda,
Wazir adalah orang yang dituakan atau yang difungsikan sebagai penasehat Raja
atau Sultan disuatu kerajaan.
Istilah mamanda menjadi lebih populer diucapkan
karena kata ini tidak terikat dengan keterangan atau pernyataan lain. Mamanda
adalah sebuah wujud komunikasi antar manusia, manusia dengan alam dan
lingkungan. Mamanda tidak sekedar kesenian yang dipegelarkan, tetapi mamanda
menggambarkan sikap dan perilaku orang dalam wujud alur kehidupan komplit. Mamanda
adalah miniatur jiwa dan prilaku manusia dengan fungsi dan kedudukannya.
Mamanda lebih rekat disebut teater, sebab kontekstualitasnya menyangkut
komunikasi antar tokoh dalam misi-misi kehidupan masa lalu, masa kini maupun
masa datang.
B.
Sejarah
Mamanda
|
A
|
sal muasal mamanda
adalah kesenian badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel moeloek dari Malaka
tahun 1987. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan komedi Indra Bangsawan melahirkan
bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar
dengan Badamuluk. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya massa
pada permulaan sampai pertengahan abad 19, bermula dari kedatangan rombongan Bangsawan
Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan Isterinya Cik Hawa ditanah
Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar.
Kesenian Damoeloek inipun sedikit-demi sedikit merubah gaya dan garapannya. Setelah
beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “Mamanda”.
Sebagai
kota yang memiliki bandar, Banjarmasin lebih memungkinkan menjadi sentral
pertukaran budaya, sehingga mamanda juga sudah mulai bergeser dari bentuk
aslinya menjadi bentuk yang dikenal tradisional populer. Mamanda yang
berkembang di Banjarmasin nampaknya lebih mengutamakan selera pasar. Ini
dibuktikan dengan masuknya pameran-pameran wanita, rias, dan busana pelakon
yang sudah mulai glamor, ditambah pengambangan posisi humor lebih banyak
dibanding yang lain pada setiap gelar-gelar mamanda. Bahkan, kegiatan mamanda
yang biasanya diselenggarakan dalam durasi 4-6 jam sudah bisa dikemas menjadi
2-3 jam. Dalam perkembangan terakhir, malah ada mamanda yang disajikan dalam
durasi 30 menit.
Sumber
cerita mamanda yang dikembangkan di Banjarmasin tidak harus lagi mengikuti
pakem cerita syair dan hikayat, sesekali pelakon sudah menyusun (Carangan)
cerita sendiri sesuai keperluan. Kemampuan menyusun cerita dengan
menyelenggarakan tema-tema cerita dengan psikososial masyarakat pasar ini
membuat semakin disenangi.
C.
Sumber
Cerita Mamanda
|
K
|
esenian pada umumnya mempunyai sifat berkembang dan tidak
bertahan dalam gaya dan garapan awal. Hal ini karena aktifitas berkesenian
adalah kreasi dari masa-kemasa sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan
wawasan estetika penyelenggaraan itu sendiri. Teater tradisional mamanda dipandang
sebagai seni rakyat yang masih mampu bertahan dalam wujudnya semula, yakni
istana dan melayu. Meskipun amat terasa perkembangan budaya modern cukup menggejala
dalam dua dasawarsa terakhir, tetapi hal ini tidak mempengaruhi perkembangan
garapan mamanda.
Berdasarkan
beberapa kategori inspirasi cerita yang dimanfaatkan dalam pagelaran mamanda. Sumber
cerita dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sumber
cerita yang diambil dari hikayat, syair, dan kisah 1001 malam
2. Sumber
cerita yang diambil dari buku-buku Roman
3. Sumber
cerita yang diambil dari buku-buku sejarah
4. Sumber
cerita yang diambil dari cerita rakyat
5. Sumber
cerita yang diambil dari inspirasi problematik masyarakat kemudian dituliskan
dalam skenario cerita (Carangan)
D.
Ciri
Khas Mamanda
1. Bahasa
Kedudukan
dan fungsi bahasa Banjar sebagai identitas daerah dan medium pengungkapan
pergaulan masyarakat, berlaku pula untuk pengungkapan pergaulan masyarakat,
berlaku pula untuk pengungkapan kesenian daerah seperti teater tradisional
mamanda. Umumnya bahasa yang dipergunakan dalam teater mamanda adalah bahasa
Melayu Banjar. Medium bahasa Banjar ini setidak-tidaknya telah mampu membawa
nilai rasa sistem sosial dan sistem budaya masyarakat Banjar sebagai pendukung
teater mamanda. Dengan penggunaan bahsa Melayu Banjar ini, pelakon mamanda
lebih mudah memahami dan mengungkapkan humor dan unsur-unsur budaya dalam
kisahan mamanda yang dibawakan.
Seiring
dengan perkembangan zaman, pelakon mamanda juga turut menyadari bahwa kondisi
penonton mamanda tidak hanya terdiri orang-orang penutur bahasa Banjar, tetapi
masih banyak terdapat penuturan bahsa lain seperti Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Batak,
Minang, dan sebagainya, yang sebelumnya masih menggunakan bahasa ibu mereka
masing-masing. Keragaman penonton ini menyadarkan para pelakon mamanda untuk
menggunakan bahasa Indonesia dalam logat Banjar atau menggunakan bahasa Banjar
dengan campuran bahasa Indonesia.
2. Simbolisasi
Mamanda
sebagai sebuah bentuk kesenian rakyat tidak hanya menyajikan ekspresi yang
bersifat Laudens (permainan), tetapi juga menghantarkan simbol-simbol kehidupan
manusia dalam simulasi makhluk yang berbudaya. Dalam permainan mamanda telah
direkontruksi rasa dan idealisme yang berisi wawasan batin dan wawasan perilaku
orang-perorang, baik sebagai rakyat biasa maupun sebagai kelompok penguasa.
Simbol-simbol
yang tersaji dalam mamanda memberi rangsangan terhadap pengalaman imajinatif
terhadap kisah-kisah yang dibawakan. Disinilah mamanda lebih sesuai disebut
sebagai seni tradisi, sebab beberapa simbolnya selalu dikaitkan dengan
komunikasi budaya.
Simbolisasi
lain, yang menyarankan pada rekadaya kemanusiaan adalah hadirnya unsur-unsur
properti seperti meja, tongkat pendek, lawangan basar (pintu gerbang) yang
menyaran pada aspek pemerintahan dan kekuasaan.
Rekadaya
normatif simbol-simbol mamanda tersebut telah membangun pengalaman kongkrit
yang bersifat ideal dan metafisik simbol-simbol lain yang juga bisa saja hadir
dalam kisah-kisah mamanda tergantung pada keperluan cerita. Simbol dalam teater tradisional mamanda nampak
bersifat multiinterpretabel. Setiap fungsi simbol tersebut memiliki substansi
penalaran sendiri yang bersifat etika dan moral, bahkan ideologis.
3. Humor
Secara
hirarki munculnya humor dalam sistem budaya masyarakat Banjar di Kalimantan
Selatan adalah dari peristiwa Bacupatian (main tebak-tebakkan) dalam bentuk
bahasa verbal. Dari peristiwa ini memunculkan permainan lain yaitu mahalabio.
Peristiwa ini memunculkan lagi kebiasaan menyampaikan cerita-cerita lucu yang
disebut balucuan. Balucuan adalah bercerita atau bertingkah laku lucu sehingga
menimbulkan rasa terhibur dan tertawa. Semua peristiwa ini dapat dikategorikan
humor.
Ideasi
teater mamanda melakukan perubahan dengan mencoba menggarap hal-hal yang berisi
humor, termasuk upaya memasukkan lagu-lagu dangdut disela-sela pergelaran
mamanda. Modus seperti ini ternyata cukup efektif untuk menambah kembali emosi
penonton terhadap teater tradisional mamanda.
Humor-humor
yang biasanya disajikan dalam pagelaran mamanda dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Humor
bahasa
b. Humor
tingkah laku
c. Humor
pergunjingan
d. Humor
fornografi
4. Estetika
Mamanda
Teater
tradisional mamanda adalah sebuah model interaksi manusia dengan segala
kedudukan dan fungsinya serta dikeman dalam justifikasi ekspresi tari, lagu,
dan tetabuhan, simbol yang di simbiosekan dengan nilai kearifan lokal (kultur
Banjar). Estetika lain dari gambaran teater tradisional mamanda adalah struktur
yang bergerak mengikuti alur cerita yang bermula dari ladon, sidang kerajaan,
jalan cerita, dan babujukan (antiklimaks).
Pola
estetika mamanda seperti ini tentu berbeda dengan bentuk-bentuk dan estetika
teater modern yang sering menyajikan sesuatu yang absurd, illogikal. Hal ini
karena teater modern hadir dan dihubungkan dengan tingkat berfikir audiens
penonton yang lebih bebas sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap
problematik kehidupan zaman.
E.
Mamanda
sebuah Model Interaksi Sosial
|
M
|
amanda disadari lahir
dari kebutuhan emosi kolektif masyarakat Banjar masa lalu. Teater tradisional
ini dapat bertahan sampai sekarang merupakan bukti bahwa kesenian ini mendapat
perhatian dan partisipasi aktif masyarakat. Mamanda menjadi salah satu tambatan
hati masyarakat Banjar yang dikenal sebagai bagian dari rumpun Melayu. Ada
kesamaan emosi antara nuansa budaya Banjar yang direkadaya dalam teater Mamanda
dengan budaya Melayu Banjar di Kalimantan Selatan.
Peran
Mamanda dalam sepak terjangnya yang ditata sedemikian rupa, sesungguhnya
merupakan sebuah model interaksi dengan kesenian lain, yang secara analog juga
merupakan model interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat Banjar di
Kalimantan Selatan.
F.
Mamanda
di Belantika Teater Kalimantan Selatan
|
M
|
amanda mestilah
dibangun dari titik perjuangan yang memang sulit. Tidak semua teater tradisi
yang dimilki oleh masyarakat lain di Nusantara bisa lebih dikenal di Indonesia.
Hal ini tergantung pada jam terbang teater tersebut untuk bisa dikenal ditengah
masyarakat umum. Ini termasuk pula kemampuan publikasi siaran televisi dan
kesediaan mereka untuk menampilkan teater itu kepada penonton dengan jangkauan
yang lebih luas.
Perjalanan
teater tradisi mamanda yang mampu melampaui popularitas teater modern di
Kalimantan Selatan adalah sebuah perjuangan meraih kebebasan dari bentuk-bentuk
statis yang mengurung dirinya sendiri. Sekiranya teater Mamanda tidak melakukan
retropeksi pada masa-masa lalu.
Teater
di Kalimantan Selatan nampaknya belum bisa membebaskan ketergantungannya dengan
Disbudpar atau juga Taman Budaya.
Dalam
hal teknis penyajian, teater mamanda sudah mencoba melepaskan diri dari sikap
pengucapan tradisi mengikat. Mereka lebih cepat melakukan perubahan dan
adaptasi. Bukan hanya visi pelakon yang berubah sesuai dengan tuntutan zaman
berkenaan dengan bentuk dan format teater tradisi Mamanda, tetapi juga
menyangkut penonton yang mereka hadapi.
Pengucapan-pengucapan
teater tradisi Mamanda dalam beberapa
konsep pergelaran nampaknya memang lebih bebas dibanding dengan teater modern
di Kalimantan Selatan.
Kredibilitas
lain yang juga meski dicatat disini adalah jam terbang yang sudah diperoleh
teater ini. Teater Mamanda sudah melakukan eksebisi tidak hanya dilingkup
daerah tetapi juga tampil diberbagai daerah Indonesia.
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
|
I
|
stilah mamanda pada
teater mamanda di Kalimantan Selatan ditengarai berasal dari kata Paman. Kata
ini merupakan kata sapaan dalam sistem kekekrabatan masyarakat Banjar, yang
merujuk pada pengertian saudara laki-laki dari Ayah atau Ibu. Sapaan ini
berlaku juga untuk orang yang dianggap sesuai dengan atau debaya dengan Ayah
atau Orang Tua. Kata ini direkatkan dengan Morfen Nda sebagai sebuah sugesti
kekerabatan atau keakraban dengan orang yang disapa dengan sapaan ini.
Seni
pementasan mamanda lebih mirip dengan lenong. Bedanya, kesenian lenong kini
lebih mengikuti zaman ketimbang mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan.
Sebab pada kesenian mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku
seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan
Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
B.
Saran
|
D
|
engan mengetahui kesenian
teater mamanda dan perkembangannya diharapkan kita mampu memahami serta mengetahui
kesenian teater mamanda tersebut.
Agar
mengetahui lebih jauh mengenai kesenian teater mamanda, khususnya perkembangannya,
kami menyarankan kepada pembaca sekalian untuk mempelajarinya lebih jauh,
khususnya bagi para guru, mahasiswa dan sebagainya. Hal ini mungkin bisa
membantu dalam memahami dan mempelajari perkembangan kesenian teater mamanda.
Diluar
dari pada itu, karena banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini kami
mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca yang budiman, semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Akhirnya,
kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya.
Daftar Pustaka
Jarkasi,a 2002.
Mamanda Seni Pertunjukan Banjar. Banjarmasin: PT.Grafika Wangi Kalimantan
Suyatna
Anirun, 1998. Menjadi Aktor. Bandung: STB, Taman Budaya Jawa Barat dan
PT. Rekamedia Multiprakarsa.
Yudiaryani,
2002. Panggung Teater Dunia Perkembangan dan Perubahan Konvensi.
Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.




